Membangun Karakter Cermin Pemuda Islam



Hampir setiap orang sepakat bahwa masa muda, sebagai sebuah masa transisi, adalah simbol dari berbagai gejolak jiwa yang beraneka ragam dan cenderung bersifat kontradiktif, seperti jiwa kepeloporan, rasa tidak puas pada semua yang serba establish/ mapan, kepekaan, kegelisahan, semangat, dan gairah yang berlebihan, sikap skeptis/ masa bodoh, ingin mendapat perhatian, sikap cengeng dan kurang perhitungan.





Kondisi kejiwaan yang seringkali berkonotasi paradoks, labil dan inkonsisten ini disatu sisi memang kadang positif konstruktif dan disisi lain sering bersifat negatif destruktif, tentu saja sangat riskan untuk ditangani atau dihadapi secara serampangan, tapi juga sangat mubadzir untuk dibiarkan sebagai sebuah fenomena yang lewat begitu saja dalam kehidupan manusia. Masa ini adalah masa yang sangat sensitif dan riskan, sekaligus masa yang potensial, meaningfull dan signifikan.


Karena itu tak heran jika masalah pemuda dan kepemudaan memang selalu menjadi topik yang menarik, tidak saja untuk digali atau dipahami esensi keberadaannya dalam periode kehidupan manusia, tapi juga untuk

disikapi sesuai denga proposinya yang benar dan muqtadlol – hal. Dalam hal ini telah banyak para ahli yang mencoba melakukan analisis kritis terhadap masalah ini, baik lewat diskusi integral dari sudut pandang bermacam disiplin, maupun secara persial sesuai dengan kapasitas dan disiplin ilmu yang dikuasai masing-masing.






saya kira, pokok persoalannya kembali pada upaya awal mereka untuk mencari “identitas diri” dan menentukan “arah perjalanan” hidupnya lebih lanjut.



Upaya mencari identitas diri (dalam arti mengenal siapa, apa, dari mana dan hendak kemana “saya”) adalah pekerjaan besar manusia yang harus dilakuakn secara terus menerus tanpa berhenti, dalam rangka mengenal Tuhan Pencipta-nya. Sekali manusia berhenti dalam upaya mengenal diri ini, berarti ia telah melakukan kesalahan sangat fatal dalam hidupnya, yang cenderung menjurus pada upaya menafikna dirinya sendiri sebagai makhluk Allah SWT. Diakui atau tidak, timbulnya krisis antar manusia, dekadensi moral, kejahatan dan lain-lain. sumber utamanya adalah “tidak tahu diri”. “ man arafa nafsahu fa qad arafa Rabbahu”.



Hal atau keadaan ini yang biasa kita sebut krisis karakter. Pernahkah kita berpikir bagaimana seharusnya kita memupuk karakter yang harus kita bentuk sebagai cerminan pemuda? Terutama pemuda islam, pemuda yang islami. Beberapa cerita terkait karakter pemuda islam di zaman Nabi Muhammad saw yang dapat kita ambil contohnya ada banyak sekali. Cerita itu adalah segelintir gambaran bagaimana sebenarnya cerminan pemuda islami seharusnya.



Teringat cerita seorang pemuda yang ingin mendaftarkan dirinya sebagai prajurit dalam sebuah peperangan yang dipimpin Rasulullah SAW. Ia datang membawa pedang yang panjang pedangnya itu melebihi tinggi badannya. lalu dengan tegas Rasulullah menolak niatannya karena ia belum memiliki seni berperang. Lalu Pemuda itu pulang dan berdiskusi dengan ibunya, lalu Ia terus belajar dan mencari kelebihan yang ia miliki sehingga ia pun menemukan bahwa ia pandai menulis dan berbahasa. Di kemudian harinya Rasulullah mengangkat beliau sebagai sekretaris pribadi. Dan pemuda itu adalah Zaid bin sabit.



Lain halnya dengan Arqam bin abi arqom. Beliau dengan tulus merelakan rumah tinggalnya digunakan sebagai tempat halaqah pertama Rasulullah beserta para sahabat. Ia dengan ikhlas membuka selebar-lebarnya pintu rumah nya agar aktivitas dakwah itu berlangsung. Padahal jika kaum kafir Quraisy tau akan perkara ini, maka sudah lah pasti rumah tersebut akan di bumi hanguskan. Tetapi pemuda satu ini memiliki keyakinan yang kuat akan dakwah Islam sehingga ancaman tersebut bukan menjadi penghalang baginya.



Ada juga pasangan sahabat yang masih muda, yang sangat ingin membunuh Abu Jahal karena mereka mendengar bahwa Abu Jahal sangat sering mengintimidasi Rasulullah. Dengan niat membela manusia yang mereka cintai, maka pada perang Badar tercapailah apa yang telah mereka cita-citakan dan abu Jahal pun mati di tangan kedua pemuda ini. Kedua pemuda ini adalah Muadz bin afra dan Muadz bin Amru.



Dan pemuda satu ini, dengan istiqamah walau disiksa, dicambuk, dijemur di bawah matahari yang terik, dihimpit batu besar, tidak melunturkan aqidahnya dan senantiasa mengucapkan “Ahad”, Allah Yang Satu. Pemuda ini sangat dikenal di masyarakat karena namanya sangat sering disebut, terutama di masjid-masjid. Ia adalah Bilal bin rabbah.



Mereka kesemuanya adalah pemuda dan mereka pernah eksis di muka bumi ini. Mereka memiliki karakter yang jika kita cerminkan ke para pemuda saat ini, maka sangat sulit ditemukan karakter pemuda yang sama seperti mereka. Krisis karakter yang dialami pemuda saat ini, seharusnya sedikit demi sedikit harus kita atasi. Kita mulai mencoba untuk membangun kembali karakter para pemuda, terutama pemuda muslim saat ini. Karakter menjadi sangat urgen karena nasib dari bangsa dan peradaban ini ke depannya berada di tangan para pemuda. Karakter–karakter yang perlu di miliki pemuda muslim itu bisa kita sarikan dari Rasulullah SAW, para sahabat, ataupun para pemuda pejuang lainnya. Lalu apa saja karakter yang sangat esensial dibutuhkan oleh pemuda muslim saat ini?



“Iqra’”, kalimat pertama yang disampaikan Jibril kepada Rasulullah SAW. hal ini jika kita salami maknanya mengisyaratkan kepada kita akan pentingnya belajar atau menimba ilmu. Ibnu katsir di dalam tafsirnya mengatakan bahwa Allah sangat baik kepada manusia karena Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahui oleh manusia itu. sehingga dengan ilmu ini lah Allah memuliakan manusia di bandingkan dengan makhluk ciptaan lainnya. Dan hal ini juga yang mengharuskan bahwa seseorang itu wajib menuntut ilmu. Oleh karena itu, karakter yang perlu dibangun oleh pemuda muslim salah satunya adalah jiwa-jiwa yang senantiasa menimba ilmu.



Selanjutnya yang perlu dipupuk oleh Pemuda Muslim adalah idealisme yang Islami. Secara terminologi Idealisme adalah aliran yang menjunjung tinggi ide. Secara definisi idealisme adalah aliran yang mengutamakan ide-ide sebagai landasan kehidupan seseorang. kita mengetahui bahwa idealisme itu memiliki cirri khas, yaitu ide. ketika Ide itu berasal dari manusia, maka sudah jelas ide tersebut memiliki batasan karena kapasitas manusia dalam menggagas ide itu sangat terbatas juga. Maka umat Islam sebenarnya memiliki keunggulan, yaitu karena Umat Islam punya sumber ide yang tidak memiliki batas yang kita semua umat Islam meyakini hal tersebut. Sumber ide tersebut adalah Al Qur’an dan hadits. Ketika idealisme itu bersumber pada sumber yang tidak memiliki batas, maka dapat dipastikan kesempurnaan dari idealisme itu. Dan penulis membahasakan idealisme ini sebagai idealisme yang islami. Dan Pemuda Muslim saat ini wajib Berpegang Teguh terhadap idealisme yang islami itu.



Karakter Pemuda Muslim masih kurang jika hanya berpedoman pada dua karakter sebelumnya apalagi karakter untuk pemuda muslim yang menginginkan perubahan. Karakter selanjutnya yang diperlukan oleh Pribadi Muslim adalah Memiliki visi atau tujuan hidup yang jauh ke depan. Visi ini lah yang nantinya akan menjadi sebuah peristiwa baru yang akan dicantumkan ke dalam buku sejarah peradaban dunia.



Dan jika kesemua karakter itu sudah dimiliki pemuda muslim, maka kesemuanya itu harus dibalut dengan ikatan yang bernama istiqamah. Agar kekuatan karakter itu kokoh dan kuat. Mampu bertahan ketika ada yang ingin menggoyangkannya atau mengubahnya. Karakter ini juga lah yang mampu membuat pemuda muslim itu mampu menjaga semangat pemuda, walau ia dicaci, dimaki, atau dijatuhkan sekalipun. Rasulullah pun pernah berpesan kepada salah satu sahabatnya tentang sifat ini. Dari Abu Sufyan bin Abdillah Radhiallahu ‘anhu berkata: Aku telah berkata, “wahai Rasulullah katakanlah kepadaku pesan dalam Islam sehingga aku tidak perlu berkata pada orang lain selain engkau. Nabi menjawab, “katakanlah aku telah beriman kepada Allah kemudian beristiqamahlah”.



Sehingga ketika Pemuda muslim saat ini memiliki karakter-karakter yang tersebut di atas, maka seperti itulah cerminan Pribadi Pemuda Muslim. Karakter-karakter tersebut tidak mutlak, tetapi hal tersebut merupakan karakter yang dominan yang seharusnya dimiliki Pemuda Muslim saat ini.

Pemuda Antidiskriminasi


Semua orang terlahir dengan memiliki hak yang sama. Mungkin kalimat itu adalah kalimat yang tepat untuk menepis perlakuan diskriminasi yang kerap terjadi di negara-negara barat terhadap warganya yang beragama Islam. Padahal, apapun warna kulit kita, apapun agama kita, dari mana pun suku kita, kita tetaplah satu kesatuan dalam satu wadah yang agung, negara kita tercinta.



Pada kasus yang sering terjadi, salah satunya di Perancis, pendatang dengan kulit berwarna, dan sering kali beragama Islam, dianggap 'menodai' kemurnian Prancis. hal tersebut tidak sepenuhnya benar. Kenaekaragaman bukan akan menodai, melainkan akan memberikan warna-warni tersendiri dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Bukankah dunia ini akan terasa membosankan jika semua sama? 

Kemilau Pemuda Islam Indonesia

Pemuda identik dengan semangat, perubahan, dan hal baru. Menyoal kondisi pemuda masa kini layaknya menyoal pendidikan di Indonesia, tidak ada habisnya karena menyangkut berbagai aspek kehidupan. Pendidikan, soasial, ekonomi, dan teknologi menjadi aspek-aspek yang sangat dekat dengan kehidupan pemuda.
Membahas tentang pemuda selalu menjadi hal yang menarik. Baik itu ketika membandingkan pemuda masa kini dengan pemuda di era sebelumnya, ketika menyoal problematika pemuda masa kini, maupun  ketika menyelisik prestasi pemuda masa kini.

Menurut data dari Badan Pusat statistik, tercatat sejumlah 7,4 juta orang pemuda Indonesia yang termasuk dalam kategori usia produktif adalah pengangguran. Hal ini berarti, 9,25% pemuda Indonesia adalah tidak berhasil menggunakan waktu mudanya dengan baik. Belum lagi pernyataan pesimis di berbagai media yang mengatakan bahwa mayoritas pemuda Indonesia hidup miskin dengan tingkat pendidikan dan ketrampilan yang rendah.

Sungguh ironi mengingat masa depan suatu bangsa bertumpu pada pemudanya. Apa jadinya Indonesia kelak jika ujung tombak perjuangannya tumpul tak terasah pendidikan?

Sukarno, dalam salah satu pidatonya mengatakan, “Beri aku sepuluh pemuda yang membara cintanya kepada tanah air, dan aku akan mengguncang dunia”. Mungkin kurang tepat, namun juga tidak salah. Yang jelas, ungkapan tersebut menunjukkan optimisme Presiden Indonesia pertama tersebut akan potensi pemuda.

Pernah mendengar nama Basaer Othman? Dia masih berusia 15 tahun, namun sudah menjadi seorang walikota. Ya, ia adalah walikota Allar, Palestina, walikota termuda di dunia. Siswi kelas 1 SMA di Palestina tersebut terpilih dalam program pemberdayaan kaum muda Pemerintah Palestina untuk menjadi walikota Allar, Palestina.

Apakah Indonesia memiliki pemuda sehebat Basaer Othman?

Memimpin Seperti Ahmadinejad dan Ratu Sima



Pemuda menjadi pemimpin? Mengapa tidak?

Jejak sejarah telah merekam kisah pemuda-pemuda Islam yang sepak terjangnya membahana. Sebut saja Ali bin Abi Thalib yang merupakan assabiqunal awwalun dari golongan pemuda. Sejak usia yang masih tergolong  belia ia telah menyertai perjuangan Nabi Muhammad dalam menegakkan panji-panji Islam di bumi Allah. Di Indonesia, pemuda pun turut ambil andil yang sangat besar dalam perjuangan kemerdekaan. Tanpa desakan para pemuda, entah kapan Sukarno akan memproklamirkan proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Namun menjadi pemimpin bukanlah perkara mudah. Ada setumpuk amanah yang harus dipikul. Tidak hanya keluarga dan diri sendiri, namun juga lembaga yang dipimpinnya dan masyarakat yang diampunya. Di banyak kasus, pemimpin seringkali tidak bisa menyeimbangkan antara kehidupan pribadi dan organisasinya.

Lantas, bagaimana caranya menjadi seorang pemimpin yang baik? Mungkin saya tidak dapat memberikan secara gamblang bagaimana caranya. Namun semoga petikan kisah di bawah ini dapat menjadi tauladan untuk kita semua.

My Blog List

Popular Posts

Recent News


Total Pageviews

About Me

Admin tong3fang. 3-F Kebendaharaan Negara Tahun Ajaran 2012/2013 STAN

    My Blog List


Recent Comments